KENDUREN
Upacara adat Jawa yang pertama adalah kenduren atau
selametan. Upacara ini dilakukan secara turun temurun sebagai peringatan doa
bersama yang dipimpin tetua adat atau tokoh agama. Adanya akulturasi budaya
Islam dan Jawa di abad ke 16 Masehi membuat upacara ini mengalami perubahan
besar, selain doa hindu/budha yang awalnya digunakan diganti ke dalam doa
Islam, sesaji dan persembahan juga menjadi tidak lagi dipergunakan dalam
upacara ini.
Kenduren/ selametan adalah
tradisi yang sudaah turun temurun dari jaman dahulu, yaitu doa bersama yang di
hadiri para tetangga dan di pimpin oleh pemuka adat atau yang di tuakan di
setiap lingkungan, dan yang di sajikan berupa Tumpeng, lengkap dengan lauk
pauknya. Tumpeng dan lauknya nantinya di bagi bagikan kepada yang hadir yang di
sebut Carikan ada juga yang menyebut dengan Berkat. Tujuan dari kenduren itu
sendiri adalah meminta selamat buat yang di doakan, dan keluarganya. Kenduren
itu sendiri bermacam macam jenisnya, antara lain :
1. Kenduren
wetonan ( wedalan ) Di namakan wetonan karena tujuannya untuk selametan pada
hari lahir ( weton, jawa ) seseorang. Dan di lakukan oleh hampir setiap warga,
biasanya 1 keluarga 1 weton yang di rayain , yaitu yang paling tua atau di
tuakan dalam keluarga tersebut. Kenduren ini di lakukan secara rutinitas setiap
selapan hari ( 1 bulan ). Biasanya menu sajiannya hanya berupa tumpeng dan lauk
seperti sayur, lalapan, tempe goreng, thepleng, dan srundeng. tidak ada ingkung
nya ( ayam panggang ).
2. Kenduren Sabanan ( Munggahan ) Kenduren ini
menurut cerita tujuannya untuk menaik kan para leluhur. Di lakukan pada bulan
Sya’ban, dan hampir oleh seluruh masyarakat di Watulawang dan sekitarnya,
khususnya yang adatnya masih sama, seperti desa peniron, kajoran, dan
sekitarnya. Siang hari sebelum di laksanakan upacara ini, biasanya di lakukan
ritual nyekar, atau tilik bahasa watulawangnya, yaitu mendatangi makan leluhur,
untuk mendoakan arwahnya, biasanya yang di bawa adalah kembang, menyan dan
empos ( terbuat dari mancung ). Tradisi bakar kemenyan memang masih di percaya
oleh masyarakat watulawang, sebelum mulai kenduren ini pun, terlebih dahulu di
di jampi jampi in dan di bakar kemenyan di depan pintu. Menu sajian dalam
kenduren sabanan ini sedikit berbeda dengan kenduren Wedalan, yaitu disini
wajib memakai ayam pangang ( ingkung ).
3. Kenduren Likuran Kenduren ini di laksanakan
pada tanggal 21 bulan pasa ( ramadan ), yang di maksudkan untuk memperingati
Nuzulul Qur’an. dalam kenduren ini biasanya di lakukan dalam lingkup 1 RT, dan
bertempat di ketua adat, atau sesepuh di setiap RT. dalam kenduren ini, warga
yang datang membawa makanan dari rumah masing2, tidak ada tumpeng, menu
sajiannya nasi putih, lodeh ( biasanya lodeh klewek) atau bihun, rempeyek
kacang, daging, dan lalapan.
4. Kenduren Badan ( Lebaran )/ mudunan Kenduren
ini di laksanakan pada hari Raya Idul Fitri, pada tanggal 1 sawal ( aboge ).
kenduren ini sama seperti kenduren Likuran,hanya tujuannya yang berbeda yaitu
untuk menurunkan leluhur. TYang membedakan hanya, sebelum kenduren Badan, biasanya
di dahului dengan nyekar ke makam luhur dari masing2 keluarga.
5. Kenduren
Ujar/tujuan tertentu Kenduren ini di lakukan oleh keluarga tertentu yang punya
maksud atau tujuan tertentu, atau ayng punya ujar/ omong. Sebelum kenduren ini
biasanya di awali dengan ritual Nyekar terlebih dahulu. dan menu wajibnya,
harus ada ingkung ( ayam panggang ). Kenduren ini biasanya banyak di lakukan
pada bulan Suro ( muharram ).
6. Kenduren
Muludan Kenduren ini di lakukan pada tanggal 12 bulan mulud, sama seperti
kenduren likuran, di lakukan di tempat sesepuh, dan membawa makanan dari rumah
masing- masing. biasanya dalam kenduren ini ada ritual mbeleh wedus ( motong
kambing ) yang kemudian di masak sebagai becek dalam bahasa watulawang ( gulai
).
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar